Kamis, 07 Juni 2012

Barefoot Girl


Cast : Nathalie, Davine and other cast

Seorang gadis terlihat berdiri tidak nyaman sambil bersandar disebuah dinding. Ia sedang berdiri ditempat yang menurutnya asing. Ia tak tau apa sedang ia lakukan sekarang. Sudah sekitar satu jam pesta berjalan tapi tak ada satupun pria yang mengajaknya berdansa. Malang sekali. Pikir gadis itu.
Mungkin karena semua orang disini rata-rata sudah mempunyai pasangan sebelum pesta dilaksanakan, jadilah Nathalie yang tersisa sendirian.

Baiklah, merasa dirinya terlihat bodoh disana. Lagipula untuk apa ia datang kemari jika tidak punya pasangan kan? Oh ya, Clara –temannya- memaksanya untuk datang. Dan sekarang? Lihat apa yang Clara lakukan padanya? Ia ditinggalkan sendirian diantara kerumunan pesta ini.
Nathalie menghela nafas, ia mengambil sebuah cangkir mungil dengan air berwarna merah didalamnya, ia meneguk air itu hingga tersisa setengah gelas.

“Well, i better leave”  gadis itu mulai berjalan sambil membawa gelas itu. mungkin ia berniat untuk perg daripada memlaukan dirinya sendiri yang sedari tadi hanya bersandar didinding tanpa bergabung bersama orang-orang yang berdansa dengan diiringi musik klasik itu.

“Sh*t! These heels killing me!” erangnya sambil sedikit berlutut untuk membenarkan posisi sepatu hak tinggi-nya. Nathalie kemudian berdiri untuk kembali berjalan keluar dari gedung pesta.
Ia berjalan dengan gerakan tidak santai. Dengan dibalut dengan dress soft purple dan sepatu high heels, tentu saja gerakan Nathalie sama sekali tidak anggun. Apalagi malam ini ia terlihat cantik. Mungkin. Karena ia belum mendengar seseorang mengatakan cantik padanya.
Nathalie berjalan dengan cepat menuruni tangga tepat didepan gedung berwarna putih tempat pesta berjalan. Gedung itu telah disihir serupa dengan istana Sleeping Beauty. Tapi sayangnya, tak ada kenangan indah yang Nathalie dapatkan disana. Jujur saja, hati Nathalie. Sangat amat sakit. Apakah ia seburuk itu? Does she too ugly to get a couple?
Ia membalikan tubuhnya. Namun tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh pada kaki kirinya. Akibat dari heels yang ia kenakan.
Kakinya serasa tak mau untuk menapakan tanah. Akhirnya tubuhnya lunglai dan terhuyung kekanan. Dan tubuhnya akan jatuh dalam beberapa detik lagi.
“Waaaa” teriaknya. Nathalie menutup matanya dan sudah siap apapun yang akan terjadi. Ia akan jatuh ketanah dengan berbagai macam luka atau memar. Dan bisa jadi gadis itu amnesia! Pikiran Nathalie sudah kemana-mana.
Namun ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasakan ada seseorang yang berhasil menangkapnya dari sebuah accident itu. Nathalie tidak jatuh, tidak memar dan luka atau tersungkur ditanah. Yang jelas, Nathalie telah ditolong oleh seorang pria yang sedang menahan pinggang Nathalie agar gadis itu tidak benar-benar jatuh.
Nathalie membuka matanya dan menatap orang yang telah menolongnya. Siapapun itu ia sangat berterima kasih. Walaupun ia sedikit berharap yang menolongnya adalah seorang pria tampan. Mata mereka bertemu selama beberapa detik. Mereka bertatapan. Dan syukurlah, doa Nathalie dikabulkan. Ia ditolong oleh seorang pria yang lumayan tampan. Apalagi wajah mereka hanyalah terpaut beberapa centi. Pria itu mencondongkan punggungnya dengan tangannya yang masih berada pada pinggang Nathalie.
Awkward moment terasa saat mereka berdua bertatapan.
“Ehem.. bisa kau lepaskan peganganmu dipinggangku?” merasa tidak nyaman Nathalie berkata lebih dulu. Pria itu tergolak dan membalas “Kau akan jatuh jika aku melepaskanmu”
“Kalau begitu biarkan aku...” belum sempat Nathalie melanjutkan kata-katanya. Pria itu sudah membantunya untuk berdiri tegak lagi. Dan Nathalie bersumpah, ini hal yang paling memalukan. Dasar ceroboh! Gerutunya dalam hati.
Nathalie bisa merasakan kaki kanannya yang terasa berdenyut dan sangat perih. Sepertinya kaki gadis itu terkilir. “Are you okay?” tanya pria itu. Dan kali ini Nathalie mulai tersenyum lalu berkata “Yeah, i’m okay”
Nathalie lalu kembali membalikan badannya dari pria itu dan berjalan menjauhinya. Ia masih bisa merasakan bahwa tatapan pria itu mengarah kearahnya.
“Whats that supposed to mean?” kaki Nathalie berhenti ketika ia mendengar kata-kata itu. Pria yang menolongnya tadi berkata itu? Apa maksudnya?
Nathalie menoleh kearah pria itu dengan mengernyutkan dahinya.
“What? I said im okay cause you asked me. do i wrong?” tanya Nathalie. Pria itu tersenyum.
“You have to said another words”
Kerutan didahi Nathalie semakin dalam. Ia belum mengerti. “I dont get it”

“Waw... i helped you, what it supposed to mean? You leave me without an thankfull word”
Oh, jadi itu. Pria itu mengatakan kalau ia ingin Nathalie mengatakan sebuah kata terima kasih untuknya. Nathalie menghela nafas malas.
“Thank you” Nathalie memberikan senyuman paksaannya ketika ia mengatakan itu pada pria tampan dan menyebalkan yang baru saja menolongnya.
Nathalie kembali berbalik dengan segala rutukan kesal dalam hatinya. Seperti “Bagaimana bisa seorang pria mengharapkan sebuah kata ‘terima kasih’ itu berarti dia sama sekali tidak ikhlas untuk menolong seorang gadis!”
Melihat gadis itu menjauh pria itu hanya tertawa kecil.

***

Sebelum untuk melarikan diri dari pesta itu. Nathalie berniat untuk mencari Clara dan berpamitan padanya. Well, ia tak mau sahabatnya itu ngambek hanya karena Nathalie meninggalkannya di pesta ini. Padahal ia bisa saja pulang terlebih dahulu lalu menelpon ponsel Clara.
Nathalie merasakan kaki kanannya semakin lama semakin memburuk. Semakin sakit, ia yakin kakinya pasti memar. Ia merasakan berat dikaki kanannya, dan membuatnya sulit berjalan.
“Oh, i fell terrible!” gerutunya. Ia masih menahan sakit sambil berjalan pincang-pincang sambil mencari Clara.
What the hell. Kenapa Clara susah sekali untuk dicari sih? Nathalie mengacak-acak rambutnya frustasi. Hingga ia mendengar suara yang ia kenal..
“Jangan mengacak-acak rambutmu. Kau menghancurkannya!”
Oh, aku kenal suara ini. Nathalie berbalik dan melihat seorang pria menyebalkan yang sudah menolongnya tadi. Not good. What the fuck he doing here? Didepan mata Nathalie?
“Mau apa kau? Kenapa disini? Mau mencaciku lagi hah?” Nathalie jutek. Pria itu tertawa. “Kakimu sedang sakit ya? Pasti karena kejadian tadi”
“Not your bussiness”
Pria itu menaikan sebelah alisnya mendengar sambutan yang jutek dari Nathalie. Ia tadi menolongnya dari insiden hampir jatuh. Dan inikah balasan dari gadis itu?
“Kenapa kau tidak pulang? Kakimu akan memburuk dalam beberapa jam lagi kalau tak segera ditangani”
“Im looking for my friend”
“Can i help you?”
“Nope. Aku tidak mau kau memaksaku untuk mengatakan terima kasih lagi” ucap Nathalie penuh penekanan. Supaya pria itu benar-benar sadar apa yang telah ia lakukan.
Nathalie yang merasa sebal dan kesal langsung berjalan menjauhi pria itu dan ternyata nasib baik sedang tidak berada dipihaknya. Ia tersungkur ketanah kembali karena ia merasakan sesuatu yang sangat amat sakit menggerogoti kaki kanannya. Pria itu langsung berlari kecil kearah Nathalie dan menolong gadis itu.
“See? You’re not okay!” ketus pria itu langsung membantu Nathalie untuk mencari sebuah tempat duduk didekat sana setelah Nathalie membuka heelsnya dan menentengnya.
Nathalie masih tetap meringis setelah mereka berdua duduk dibangku taman disekolah mereka. Taman ini terlihat lebih asri pada malam hari ternyata.
“Haahhhhh....Sakit!!”
“Salahmu sendiri! Aku sudah mengingatkan tapi kau malah marah-marah”
“Zzzz”
“Biar kulihat kakimu” pria itu beranjak dari tempat duduknya dan berlutut didepan Nathalie. Posisi mereka terlihat seperti seorang pria yang sedang melamar gadisnya.
“its okay...AW” Nathalie berteriak ketika pria itu memutar pergelangan kaki kanannya yang memang sedang sakit. “What the hell you doing?!!” bentak Nathalie kesal.
“Im gonna make it more comfortable”
Apa yang dia katakan? Aku sedang kesakitan dia malah meledekku?!
Nathalie memutar bola matanya dan berkata. “Kau takkan bisa...EH.. kenapa kakiku jadi lebih ringan?!! Hey, ini sudah tidak sakit lagi?!” Nathalie tersenyum lebar sambil memandangi kaki kanannya heran. “Hem..jangan meremehkanku!”
Nathalie menoleh kearahnya dan tersenyum. “Terima kasih” ucapnya.
Hening sejenak. Mereka merasakan malam ini semakin lama semakin dingin. Apalagi Nathalie menggunakan dress dan ia sedang berada diluar gedung sekarang.
“Em..What’s your name?” tanya pria itu penasaran. Sekarang, mereka berdua sadar bahwa mereka berdua belum tau nama mereka satu sama lain.
“Nathalie. And you?”
“Im Davine”
“Oh yeah..”
“Its cold. Wanna back inside?” tanya Davine pada Nathalie. Nathalie menaikan alis dan berpikir. Tadi kan ia ingin pulang? Kenapa tiba-tiba ia jadi betah disini? Apa karena Davine.
“Ya, boleh”
Davine tersenyum and grabs Nathalie’s hand. In that time, Nathalie can feel some butterflies fly on her stomach. Perasaan yang berbeda ketika ia merasakan Davine meraih tangannya.
Davine giggles. Ia merasa lucu saat melihat Nathalie menenteng kedua buah heelsnya. Ia sekarang telanjang kaki! Yeah, heelsnya patah dan tidak bisa digunakan lagi. “Hahaha, bisakah kau meninggalkan sepatu itu disini?”
“Here?”
Davine mengangguk. “Dan kau akan membuatku terlihat seperti Cinderella” Nathalie tertawa kecil. “Hahah. Yeah, Barefoot Cinderella” Davine tersenyum.

Ketika mereka berada didalam. Davine masih menuntunnya untuk berjalan. Walaupun ia tau kaki Nathalie sudah jauh lebih baik, akibat sihir dari tangan mujarabnya.
“Do you wanna dance?” tanya Davine pada Nathalie. Nathalie membelalakan matanya. Ia melihat Davine sedang mengulurkan tangannya padanya, dengan tatapan berharap bahwa gadis itu akan menyambut tangannya. “Kau mau berdansa dengan gadis yang tidak memakai sepatu?”
“Hem? Intinya kau mau tidak?”
“Ofcourse”
Nathalie menyambut uluran tangan Davine dengan senyuman diwajahnya. Davine menarik tubuh Nathalie untuk mendekat padanya. Kedua kaki Nathalie berada diatas kedua kaki Davine. Jadi, Nathalie bisa mengikuti gerakan Davine tanpa khawatir. Kakinya menginjak kaki Davine.
Dalam dansa Nathalie tertawa geli. Entahlah, katakan saja ia gila. Ia merasa sangat mengerikan beberapa jam yang lalu tapi sekarang? Ia merasa seperti seorang Cinderella yang baru saja bertemu dengan pangerannya. Walaupun pangerannya sempat membuat kesal pada awal. Tapi itulah sebuah cerita. Selalu berbeda.
Mereka berdua bisa merasakan seperti didalam pesta itu hanya ada mereka berdua. Tanpa ada seorang pun yang bisa mengganggu mereka.
Musik pun berhenti. Membuat mereka berdua menghentikan tarian mereka. “Waw, you’re great dancer”
Nathalie tertawa. “Ya, dengan menginjak kakimu”
Mereka berdua tertawa dan berhenti ketika mereka mata mereka berdua sama-sama menatap dalam.
“Sepertinya aku harus pulang” ucap Nathalie akhirnya.
“Ya, ini sudah malam”
Nathalie menatap Davine lagi. “Terima kasih”
“Haha, ya sama sama. Ahm, aku hanya ingin bilang. Kalau..”
“Apa?” Nathalie mengernyit.
“Kau...kau cantik, ya, kau cantik”
Nathalie tertawa. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia sangat amat senang ketika pria itu mengatakan ia cantik. “Terima kasih, kau juga tampan dengan setelan tuxedo-mu itu”
Davine tersenyum. “Baiklah, aku pulang dulu. Sampai jumpa Davine” kata Nathalie akhirnya. Ia bisa merasakan gadis itu membalas senyumannya. Senyuman tulus. Dan kemudian gadis itu pergi dari hadapan Davine.

***

Nathalie mengerjapkan matanya ketika gadis itu mendengar suara bell yang terngiang ditelinganya. Saatnya istirahat! Ia langsung mengambil buku-bukunya dan membawanya kearah lokernya. Ia tidak bisa konsentrasi untuk belajar hari ini. Hal yang ada di otaknya hanyalah Davine, Davine dan Davine. Ia harus menemukan orang itu! Mereka satu sekolah kan? Kalau tidak, mana mungkin gadis itu bisa menemukannya di pesta sekolah semalam. Dan Nathalie merasa dirinya seperti habis bermimpi.

Sesampainya ditempat loker. Nathalie bertemu dengan Clara. Temannya. “Kau meninggalkanku semalam!” kesal Clara mencecar Nathalie. “Kau yang meninggalkanku bodoh!”
“Hm, jadi.. bagaimana? Kau menemukan pasangan? Lalu bagaimana? Kalian sudah bertukar nomor telepon? Atau skype? Twitter?”
“Shut up!”
Clara geregetan dan menghentakan kakinya kelantai. “Stop it, stupid!” omel Nathalie. “Bagaimana????? Tell me”
“I dont know. Aku merasa, semalam seperti hanya...mimpi. yeah, mimpi”
“Siapa namanya?” tanya Clara penasaran
“Davine” jawab Nathalie
“His last name?” tanya Clara lagi.
“I dont know. Aku sama sekali tidak bertanya, aku tidak akan tau namanya jika dia tidak bertanya padaku lebih dulu”
“is he handsome?”
Nathalie mengangguk. Ya, karena memang ia akui Davine itu tampan. “Ya, kau memang bodoh, kalau tidak mendapat nomor teleponnya” ucap Clara sebelum ia melangkah menjauhi Nathalie kearah lokernya.
Nathalie membuka loker miliknya dan menaruh buku-buku disana. Ia mengernyitkan dagunya ketika ia melihat sebuah lipatan kertas yang terlihat seperti surat terselip disana. Ini bukan miliknya. Ia membuka lipatan itu dan membacanya.

Last night was great.
Thanks for came to me Barefoot girls.
Bisa kita melakukannya lagi lain kali?
Your Prince Davine :)

Mata Nathalie membulat dan mulutnya terbuka lebar. Ia tak menyangka bahwa Davine memberikannya sebuah surat ini. Dari mana ia tau lokernya?
“You look cute when you’re shock, girl” suara itu membuat Nathalie terkaget. Gadis itu menoleh kearah belakangnya, tepat dimana suara itu berasal.
Jantungnya hampir melorot kekaki. Davine. Yah, pria itu ada tepat dihadapannya.
“What..are you doing here?” tanya Nathalie. Still in shock.
“Menemuimu?”
“Apa? Bagaimana? Dan bagaima..”
“Bagaimana bisa aku menemui loker mu kan? Yeah, itu sangat mudah bagiku untuk menemukanmu”
Nathalie tersenyum. Ia tersenyum senang. Ternyata semalam itu bukanlah mimpi. Ini nyata. Ia bukan seorang Cinderella semalam.
“So, bagaimana?”
Nathalie mengernyit tidak mengerti. “Apanya yang bagaimana?”
“Kita harus melakukan kencan. Yeah, we should”
“Kenapa?”
“Karena kita harus. Jangan membantahku”
“Baiklah, terserah kau saja”
“Let’s go!”
“Now? Aku masih punya beberapa pelajaran lagi”
“Aku juga, tapi aku tidak peduli”
Nathalie meninju pundak Davine main-main. “Come on. Tak ada waktu lagi”
Nathalie menyerah, akhirnya ia memasrahkan diri dan membiarkan dirinya ditarik oleh Davine untuk keluar dari wilayah sekolahnya. Mereka kencan? Who knows.

***