Cast
: Nathalie, Davine and other cast
Seorang
gadis terlihat berdiri tidak nyaman sambil bersandar disebuah dinding. Ia
sedang berdiri ditempat yang menurutnya asing. Ia tak tau apa sedang ia lakukan
sekarang. Sudah sekitar satu jam pesta berjalan tapi tak ada satupun pria yang
mengajaknya berdansa. Malang sekali. Pikir gadis itu.
Mungkin
karena semua orang disini rata-rata sudah mempunyai pasangan sebelum pesta
dilaksanakan, jadilah Nathalie yang tersisa sendirian.
Baiklah,
merasa dirinya terlihat bodoh disana. Lagipula untuk apa ia datang kemari jika
tidak punya pasangan kan? Oh ya, Clara –temannya- memaksanya untuk datang. Dan
sekarang? Lihat apa yang Clara lakukan padanya? Ia ditinggalkan sendirian
diantara kerumunan pesta ini.
Nathalie
menghela nafas, ia mengambil sebuah cangkir mungil dengan air berwarna merah
didalamnya, ia meneguk air itu hingga tersisa setengah gelas.
“Well,
i better leave” gadis itu mulai berjalan
sambil membawa gelas itu. mungkin ia berniat untuk perg daripada memlaukan
dirinya sendiri yang sedari tadi hanya bersandar didinding tanpa bergabung
bersama orang-orang yang berdansa dengan diiringi musik klasik itu.
“Sh*t!
These heels killing me!” erangnya sambil sedikit berlutut untuk membenarkan
posisi sepatu hak tinggi-nya. Nathalie kemudian berdiri untuk kembali berjalan
keluar dari gedung pesta.
Ia
berjalan dengan gerakan tidak santai. Dengan dibalut dengan dress soft purple dan sepatu high heels, tentu
saja gerakan Nathalie sama sekali tidak anggun. Apalagi malam ini ia terlihat
cantik. Mungkin. Karena ia belum mendengar seseorang mengatakan cantik padanya.
Nathalie
berjalan dengan cepat menuruni tangga tepat didepan gedung berwarna putih
tempat pesta berjalan. Gedung itu telah disihir serupa dengan istana Sleeping
Beauty. Tapi sayangnya, tak ada kenangan indah yang Nathalie dapatkan disana.
Jujur saja, hati Nathalie. Sangat amat sakit. Apakah ia seburuk itu? Does she
too ugly to get a couple?
Ia
membalikan tubuhnya. Namun tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh pada kaki
kirinya. Akibat dari heels yang ia kenakan.
Kakinya
serasa tak mau untuk menapakan tanah. Akhirnya tubuhnya lunglai dan terhuyung
kekanan. Dan tubuhnya akan jatuh dalam beberapa detik lagi.
“Waaaa”
teriaknya. Nathalie menutup matanya dan sudah siap apapun yang akan terjadi. Ia
akan jatuh ketanah dengan berbagai macam luka atau memar. Dan bisa jadi gadis
itu amnesia! Pikiran Nathalie sudah kemana-mana.
Namun
ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasakan ada seseorang yang berhasil
menangkapnya dari sebuah accident itu. Nathalie tidak jatuh, tidak memar dan
luka atau tersungkur ditanah. Yang jelas, Nathalie telah ditolong oleh seorang
pria yang sedang menahan pinggang Nathalie agar gadis itu tidak benar-benar
jatuh.
Nathalie
membuka matanya dan menatap orang yang telah menolongnya. Siapapun itu ia
sangat berterima kasih. Walaupun ia sedikit berharap yang menolongnya adalah
seorang pria tampan. Mata mereka bertemu selama beberapa detik. Mereka
bertatapan. Dan syukurlah, doa Nathalie dikabulkan. Ia ditolong oleh seorang
pria yang lumayan tampan. Apalagi wajah mereka hanyalah terpaut beberapa centi.
Pria itu mencondongkan punggungnya dengan tangannya yang masih berada pada
pinggang Nathalie.
Awkward
moment terasa saat mereka berdua bertatapan.
“Ehem..
bisa kau lepaskan peganganmu dipinggangku?” merasa tidak nyaman Nathalie
berkata lebih dulu. Pria itu tergolak dan membalas “Kau akan jatuh jika aku
melepaskanmu”
“Kalau
begitu biarkan aku...” belum sempat Nathalie melanjutkan kata-katanya. Pria itu
sudah membantunya untuk berdiri tegak lagi. Dan Nathalie bersumpah, ini hal
yang paling memalukan. Dasar ceroboh! Gerutunya dalam hati.
Nathalie
bisa merasakan kaki kanannya yang terasa berdenyut dan sangat perih. Sepertinya
kaki gadis itu terkilir. “Are you okay?” tanya pria itu. Dan kali ini Nathalie
mulai tersenyum lalu berkata “Yeah, i’m okay”
Nathalie
lalu kembali membalikan badannya dari pria itu dan berjalan menjauhinya. Ia
masih bisa merasakan bahwa tatapan pria itu mengarah kearahnya.
“Whats
that supposed to mean?” kaki Nathalie berhenti ketika ia mendengar kata-kata
itu. Pria yang menolongnya tadi berkata itu? Apa maksudnya?
Nathalie
menoleh kearah pria itu dengan mengernyutkan dahinya.
“What?
I said im okay cause you asked me. do i wrong?” tanya Nathalie. Pria itu
tersenyum.
“You
have to said another words”
Kerutan
didahi Nathalie semakin dalam. Ia belum mengerti. “I dont get it”
“Waw... i helped you, what it supposed to mean? You leave me without an thankfull word”
Oh,
jadi itu. Pria itu mengatakan kalau ia ingin Nathalie mengatakan sebuah kata
terima kasih untuknya. Nathalie menghela nafas malas.
“Thank
you” Nathalie memberikan senyuman paksaannya ketika ia mengatakan itu pada pria
tampan dan menyebalkan yang baru saja menolongnya.
Nathalie
kembali berbalik dengan segala rutukan kesal dalam hatinya. Seperti “Bagaimana
bisa seorang pria mengharapkan sebuah kata ‘terima kasih’ itu berarti dia sama
sekali tidak ikhlas untuk menolong seorang gadis!”
Melihat
gadis itu menjauh pria itu hanya tertawa kecil.
***
Sebelum
untuk melarikan diri dari pesta itu. Nathalie berniat untuk mencari Clara dan
berpamitan padanya. Well, ia tak mau sahabatnya itu ngambek hanya karena
Nathalie meninggalkannya di pesta ini. Padahal ia bisa saja pulang terlebih
dahulu lalu menelpon ponsel Clara.
Nathalie
merasakan kaki kanannya semakin lama semakin memburuk. Semakin sakit, ia yakin
kakinya pasti memar. Ia merasakan berat dikaki kanannya, dan membuatnya sulit
berjalan.
“Oh,
i fell terrible!” gerutunya. Ia masih menahan sakit sambil berjalan
pincang-pincang sambil mencari Clara.
What
the hell. Kenapa Clara susah sekali untuk dicari sih? Nathalie mengacak-acak
rambutnya frustasi. Hingga ia mendengar suara yang ia kenal..
“Jangan
mengacak-acak rambutmu. Kau menghancurkannya!”
Oh, aku kenal suara ini. Nathalie berbalik dan
melihat seorang pria menyebalkan yang sudah menolongnya tadi. Not good. What
the fuck he doing here? Didepan mata Nathalie?
“Mau
apa kau? Kenapa disini? Mau mencaciku lagi hah?” Nathalie jutek. Pria itu
tertawa. “Kakimu sedang sakit ya? Pasti karena kejadian tadi”
“Not
your bussiness”
Pria
itu menaikan sebelah alisnya mendengar sambutan yang jutek dari Nathalie. Ia
tadi menolongnya dari insiden hampir jatuh. Dan inikah balasan dari gadis itu?
“Kenapa
kau tidak pulang? Kakimu akan memburuk dalam beberapa jam lagi kalau tak segera
ditangani”
“Im
looking for my friend”
“Can
i help you?”
“Nope.
Aku tidak mau kau memaksaku untuk mengatakan terima kasih lagi” ucap Nathalie
penuh penekanan. Supaya pria itu benar-benar sadar apa yang telah ia lakukan.
Nathalie
yang merasa sebal dan kesal langsung berjalan menjauhi pria itu dan ternyata
nasib baik sedang tidak berada dipihaknya. Ia tersungkur ketanah kembali karena
ia merasakan sesuatu yang sangat amat sakit menggerogoti kaki kanannya. Pria
itu langsung berlari kecil kearah Nathalie dan menolong gadis itu.
“See?
You’re not okay!” ketus pria itu langsung membantu Nathalie untuk mencari
sebuah tempat duduk didekat sana setelah Nathalie membuka heelsnya dan
menentengnya.
Nathalie
masih tetap meringis setelah mereka berdua duduk dibangku taman disekolah
mereka. Taman ini terlihat lebih asri pada malam hari ternyata.
“Haahhhhh....Sakit!!”
“Salahmu
sendiri! Aku sudah mengingatkan tapi kau malah marah-marah”
“Zzzz”
“Biar
kulihat kakimu” pria itu beranjak dari tempat duduknya dan berlutut didepan
Nathalie. Posisi mereka terlihat seperti seorang pria yang sedang melamar
gadisnya.
“its
okay...AW” Nathalie berteriak ketika pria itu memutar pergelangan kaki kanannya
yang memang sedang sakit. “What the hell you doing?!!” bentak Nathalie kesal.
“Im
gonna make it more comfortable”
Apa
yang dia katakan? Aku sedang kesakitan dia malah meledekku?!
Nathalie
memutar bola matanya dan berkata. “Kau takkan bisa...EH.. kenapa kakiku jadi
lebih ringan?!! Hey, ini sudah tidak sakit lagi?!” Nathalie tersenyum lebar
sambil memandangi kaki kanannya heran. “Hem..jangan meremehkanku!”
Nathalie
menoleh kearahnya dan tersenyum. “Terima kasih” ucapnya.
Hening
sejenak. Mereka merasakan malam ini semakin lama semakin dingin. Apalagi
Nathalie menggunakan dress dan ia sedang berada diluar gedung sekarang.
“Em..What’s
your name?” tanya pria itu penasaran. Sekarang, mereka berdua sadar bahwa
mereka berdua belum tau nama mereka satu sama lain.
“Nathalie.
And you?”
“Im
Davine”
“Oh
yeah..”
“Its
cold. Wanna back inside?” tanya Davine pada Nathalie. Nathalie menaikan alis
dan berpikir. Tadi kan ia ingin pulang? Kenapa tiba-tiba ia jadi betah disini?
Apa karena Davine.
“Ya,
boleh”
Davine
tersenyum and grabs Nathalie’s hand. In that time, Nathalie can feel some
butterflies fly on her stomach. Perasaan yang berbeda ketika ia merasakan
Davine meraih tangannya.
Davine
giggles. Ia merasa lucu saat melihat Nathalie menenteng kedua buah heelsnya. Ia
sekarang telanjang kaki! Yeah, heelsnya patah dan tidak bisa digunakan lagi.
“Hahaha, bisakah kau meninggalkan sepatu itu disini?”
“Here?”
Davine
mengangguk. “Dan kau akan membuatku terlihat seperti Cinderella” Nathalie
tertawa kecil. “Hahah. Yeah, Barefoot Cinderella” Davine tersenyum.
Ketika
mereka berada didalam. Davine masih menuntunnya untuk berjalan. Walaupun ia tau
kaki Nathalie sudah jauh lebih baik, akibat sihir dari tangan mujarabnya.
“Do
you wanna dance?” tanya Davine pada Nathalie. Nathalie membelalakan matanya. Ia
melihat Davine sedang mengulurkan tangannya padanya, dengan tatapan berharap
bahwa gadis itu akan menyambut tangannya. “Kau mau berdansa dengan gadis yang
tidak memakai sepatu?”
“Hem?
Intinya kau mau tidak?”
“Ofcourse”
Nathalie
menyambut uluran tangan Davine dengan senyuman diwajahnya. Davine menarik tubuh
Nathalie untuk mendekat padanya. Kedua kaki Nathalie berada diatas kedua kaki
Davine. Jadi, Nathalie bisa mengikuti gerakan Davine tanpa khawatir. Kakinya
menginjak kaki Davine.
Dalam
dansa Nathalie tertawa geli. Entahlah, katakan saja ia gila. Ia merasa sangat
mengerikan beberapa jam yang lalu tapi sekarang? Ia merasa seperti seorang
Cinderella yang baru saja bertemu dengan pangerannya. Walaupun pangerannya
sempat membuat kesal pada awal. Tapi itulah sebuah cerita. Selalu berbeda.
Mereka
berdua bisa merasakan seperti didalam pesta itu hanya ada mereka berdua. Tanpa
ada seorang pun yang bisa mengganggu mereka.
Musik
pun berhenti. Membuat mereka berdua menghentikan tarian mereka. “Waw, you’re
great dancer”
Nathalie
tertawa. “Ya, dengan menginjak kakimu”
Mereka
berdua tertawa dan berhenti ketika mereka mata mereka berdua sama-sama menatap
dalam.
“Sepertinya
aku harus pulang” ucap Nathalie akhirnya.
“Ya,
ini sudah malam”
Nathalie
menatap Davine lagi. “Terima kasih”
“Haha,
ya sama sama. Ahm, aku hanya ingin bilang. Kalau..”
“Apa?”
Nathalie mengernyit.
“Kau...kau
cantik, ya, kau cantik”
Nathalie
tertawa. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia sangat amat
senang ketika pria itu mengatakan ia cantik. “Terima kasih, kau juga tampan
dengan setelan tuxedo-mu itu”
Davine
tersenyum. “Baiklah, aku pulang dulu. Sampai jumpa Davine” kata Nathalie
akhirnya. Ia bisa merasakan gadis itu membalas senyumannya. Senyuman tulus. Dan
kemudian gadis itu pergi dari hadapan Davine.
***
Nathalie
mengerjapkan matanya ketika gadis itu mendengar suara bell yang terngiang
ditelinganya. Saatnya istirahat! Ia langsung mengambil buku-bukunya dan
membawanya kearah lokernya. Ia tidak bisa konsentrasi untuk belajar hari ini.
Hal yang ada di otaknya hanyalah Davine, Davine dan Davine. Ia harus menemukan
orang itu! Mereka satu sekolah kan? Kalau tidak, mana mungkin gadis itu bisa
menemukannya di pesta sekolah semalam. Dan Nathalie merasa dirinya seperti
habis bermimpi.
Sesampainya
ditempat loker. Nathalie bertemu dengan Clara. Temannya. “Kau meninggalkanku
semalam!” kesal Clara mencecar Nathalie. “Kau yang meninggalkanku bodoh!”
“Hm,
jadi.. bagaimana? Kau menemukan pasangan? Lalu bagaimana? Kalian sudah bertukar
nomor telepon? Atau skype? Twitter?”
“Shut
up!”
Clara
geregetan dan menghentakan kakinya kelantai. “Stop it, stupid!” omel Nathalie.
“Bagaimana????? Tell me”
“I
dont know. Aku merasa, semalam seperti hanya...mimpi. yeah, mimpi”
“Siapa
namanya?” tanya Clara penasaran
“Davine”
jawab Nathalie
“His
last name?” tanya Clara lagi.
“I
dont know. Aku sama sekali tidak bertanya, aku tidak akan tau namanya jika dia
tidak bertanya padaku lebih dulu”
“is
he handsome?”
Nathalie
mengangguk. Ya, karena memang ia akui Davine itu tampan. “Ya, kau memang bodoh,
kalau tidak mendapat nomor teleponnya” ucap Clara sebelum ia melangkah menjauhi
Nathalie kearah lokernya.
Nathalie
membuka loker miliknya dan menaruh buku-buku disana. Ia mengernyitkan dagunya
ketika ia melihat sebuah lipatan kertas yang terlihat seperti surat terselip
disana. Ini bukan miliknya. Ia membuka lipatan itu dan membacanya.
Last night was great.
Thanks for came to me Barefoot
girls.
Bisa kita melakukannya lagi lain
kali?
Your Prince Davine :)
Mata
Nathalie membulat dan mulutnya terbuka lebar. Ia tak menyangka bahwa Davine
memberikannya sebuah surat ini. Dari mana ia tau lokernya?
“You
look cute when you’re shock, girl” suara itu membuat Nathalie terkaget. Gadis
itu menoleh kearah belakangnya, tepat dimana suara itu berasal.
Jantungnya
hampir melorot kekaki. Davine. Yah, pria itu ada tepat dihadapannya.
“What..are
you doing here?” tanya Nathalie. Still in shock.
“Menemuimu?”
“Apa?
Bagaimana? Dan bagaima..”
“Bagaimana
bisa aku menemui loker mu kan? Yeah, itu sangat mudah bagiku untuk menemukanmu”
Nathalie
tersenyum. Ia tersenyum senang. Ternyata semalam itu bukanlah mimpi. Ini nyata.
Ia bukan seorang Cinderella semalam.
“So,
bagaimana?”
Nathalie
mengernyit tidak mengerti. “Apanya yang bagaimana?”
“Kita
harus melakukan kencan. Yeah, we should”
“Kenapa?”
“Karena
kita harus. Jangan membantahku”
“Baiklah,
terserah kau saja”
“Let’s
go!”
“Now?
Aku masih punya beberapa pelajaran lagi”
“Aku
juga, tapi aku tidak peduli”
Nathalie
meninju pundak Davine main-main. “Come on. Tak ada waktu lagi”
Nathalie
menyerah, akhirnya ia memasrahkan diri dan membiarkan dirinya ditarik oleh
Davine untuk keluar dari wilayah sekolahnya. Mereka kencan? Who knows.
***