Kamis, 07 Juni 2012

Barefoot Girl


Cast : Nathalie, Davine and other cast

Seorang gadis terlihat berdiri tidak nyaman sambil bersandar disebuah dinding. Ia sedang berdiri ditempat yang menurutnya asing. Ia tak tau apa sedang ia lakukan sekarang. Sudah sekitar satu jam pesta berjalan tapi tak ada satupun pria yang mengajaknya berdansa. Malang sekali. Pikir gadis itu.
Mungkin karena semua orang disini rata-rata sudah mempunyai pasangan sebelum pesta dilaksanakan, jadilah Nathalie yang tersisa sendirian.

Baiklah, merasa dirinya terlihat bodoh disana. Lagipula untuk apa ia datang kemari jika tidak punya pasangan kan? Oh ya, Clara –temannya- memaksanya untuk datang. Dan sekarang? Lihat apa yang Clara lakukan padanya? Ia ditinggalkan sendirian diantara kerumunan pesta ini.
Nathalie menghela nafas, ia mengambil sebuah cangkir mungil dengan air berwarna merah didalamnya, ia meneguk air itu hingga tersisa setengah gelas.

“Well, i better leave”  gadis itu mulai berjalan sambil membawa gelas itu. mungkin ia berniat untuk perg daripada memlaukan dirinya sendiri yang sedari tadi hanya bersandar didinding tanpa bergabung bersama orang-orang yang berdansa dengan diiringi musik klasik itu.

“Sh*t! These heels killing me!” erangnya sambil sedikit berlutut untuk membenarkan posisi sepatu hak tinggi-nya. Nathalie kemudian berdiri untuk kembali berjalan keluar dari gedung pesta.
Ia berjalan dengan gerakan tidak santai. Dengan dibalut dengan dress soft purple dan sepatu high heels, tentu saja gerakan Nathalie sama sekali tidak anggun. Apalagi malam ini ia terlihat cantik. Mungkin. Karena ia belum mendengar seseorang mengatakan cantik padanya.
Nathalie berjalan dengan cepat menuruni tangga tepat didepan gedung berwarna putih tempat pesta berjalan. Gedung itu telah disihir serupa dengan istana Sleeping Beauty. Tapi sayangnya, tak ada kenangan indah yang Nathalie dapatkan disana. Jujur saja, hati Nathalie. Sangat amat sakit. Apakah ia seburuk itu? Does she too ugly to get a couple?
Ia membalikan tubuhnya. Namun tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh pada kaki kirinya. Akibat dari heels yang ia kenakan.
Kakinya serasa tak mau untuk menapakan tanah. Akhirnya tubuhnya lunglai dan terhuyung kekanan. Dan tubuhnya akan jatuh dalam beberapa detik lagi.
“Waaaa” teriaknya. Nathalie menutup matanya dan sudah siap apapun yang akan terjadi. Ia akan jatuh ketanah dengan berbagai macam luka atau memar. Dan bisa jadi gadis itu amnesia! Pikiran Nathalie sudah kemana-mana.
Namun ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasakan ada seseorang yang berhasil menangkapnya dari sebuah accident itu. Nathalie tidak jatuh, tidak memar dan luka atau tersungkur ditanah. Yang jelas, Nathalie telah ditolong oleh seorang pria yang sedang menahan pinggang Nathalie agar gadis itu tidak benar-benar jatuh.
Nathalie membuka matanya dan menatap orang yang telah menolongnya. Siapapun itu ia sangat berterima kasih. Walaupun ia sedikit berharap yang menolongnya adalah seorang pria tampan. Mata mereka bertemu selama beberapa detik. Mereka bertatapan. Dan syukurlah, doa Nathalie dikabulkan. Ia ditolong oleh seorang pria yang lumayan tampan. Apalagi wajah mereka hanyalah terpaut beberapa centi. Pria itu mencondongkan punggungnya dengan tangannya yang masih berada pada pinggang Nathalie.
Awkward moment terasa saat mereka berdua bertatapan.
“Ehem.. bisa kau lepaskan peganganmu dipinggangku?” merasa tidak nyaman Nathalie berkata lebih dulu. Pria itu tergolak dan membalas “Kau akan jatuh jika aku melepaskanmu”
“Kalau begitu biarkan aku...” belum sempat Nathalie melanjutkan kata-katanya. Pria itu sudah membantunya untuk berdiri tegak lagi. Dan Nathalie bersumpah, ini hal yang paling memalukan. Dasar ceroboh! Gerutunya dalam hati.
Nathalie bisa merasakan kaki kanannya yang terasa berdenyut dan sangat perih. Sepertinya kaki gadis itu terkilir. “Are you okay?” tanya pria itu. Dan kali ini Nathalie mulai tersenyum lalu berkata “Yeah, i’m okay”
Nathalie lalu kembali membalikan badannya dari pria itu dan berjalan menjauhinya. Ia masih bisa merasakan bahwa tatapan pria itu mengarah kearahnya.
“Whats that supposed to mean?” kaki Nathalie berhenti ketika ia mendengar kata-kata itu. Pria yang menolongnya tadi berkata itu? Apa maksudnya?
Nathalie menoleh kearah pria itu dengan mengernyutkan dahinya.
“What? I said im okay cause you asked me. do i wrong?” tanya Nathalie. Pria itu tersenyum.
“You have to said another words”
Kerutan didahi Nathalie semakin dalam. Ia belum mengerti. “I dont get it”

“Waw... i helped you, what it supposed to mean? You leave me without an thankfull word”
Oh, jadi itu. Pria itu mengatakan kalau ia ingin Nathalie mengatakan sebuah kata terima kasih untuknya. Nathalie menghela nafas malas.
“Thank you” Nathalie memberikan senyuman paksaannya ketika ia mengatakan itu pada pria tampan dan menyebalkan yang baru saja menolongnya.
Nathalie kembali berbalik dengan segala rutukan kesal dalam hatinya. Seperti “Bagaimana bisa seorang pria mengharapkan sebuah kata ‘terima kasih’ itu berarti dia sama sekali tidak ikhlas untuk menolong seorang gadis!”
Melihat gadis itu menjauh pria itu hanya tertawa kecil.

***

Sebelum untuk melarikan diri dari pesta itu. Nathalie berniat untuk mencari Clara dan berpamitan padanya. Well, ia tak mau sahabatnya itu ngambek hanya karena Nathalie meninggalkannya di pesta ini. Padahal ia bisa saja pulang terlebih dahulu lalu menelpon ponsel Clara.
Nathalie merasakan kaki kanannya semakin lama semakin memburuk. Semakin sakit, ia yakin kakinya pasti memar. Ia merasakan berat dikaki kanannya, dan membuatnya sulit berjalan.
“Oh, i fell terrible!” gerutunya. Ia masih menahan sakit sambil berjalan pincang-pincang sambil mencari Clara.
What the hell. Kenapa Clara susah sekali untuk dicari sih? Nathalie mengacak-acak rambutnya frustasi. Hingga ia mendengar suara yang ia kenal..
“Jangan mengacak-acak rambutmu. Kau menghancurkannya!”
Oh, aku kenal suara ini. Nathalie berbalik dan melihat seorang pria menyebalkan yang sudah menolongnya tadi. Not good. What the fuck he doing here? Didepan mata Nathalie?
“Mau apa kau? Kenapa disini? Mau mencaciku lagi hah?” Nathalie jutek. Pria itu tertawa. “Kakimu sedang sakit ya? Pasti karena kejadian tadi”
“Not your bussiness”
Pria itu menaikan sebelah alisnya mendengar sambutan yang jutek dari Nathalie. Ia tadi menolongnya dari insiden hampir jatuh. Dan inikah balasan dari gadis itu?
“Kenapa kau tidak pulang? Kakimu akan memburuk dalam beberapa jam lagi kalau tak segera ditangani”
“Im looking for my friend”
“Can i help you?”
“Nope. Aku tidak mau kau memaksaku untuk mengatakan terima kasih lagi” ucap Nathalie penuh penekanan. Supaya pria itu benar-benar sadar apa yang telah ia lakukan.
Nathalie yang merasa sebal dan kesal langsung berjalan menjauhi pria itu dan ternyata nasib baik sedang tidak berada dipihaknya. Ia tersungkur ketanah kembali karena ia merasakan sesuatu yang sangat amat sakit menggerogoti kaki kanannya. Pria itu langsung berlari kecil kearah Nathalie dan menolong gadis itu.
“See? You’re not okay!” ketus pria itu langsung membantu Nathalie untuk mencari sebuah tempat duduk didekat sana setelah Nathalie membuka heelsnya dan menentengnya.
Nathalie masih tetap meringis setelah mereka berdua duduk dibangku taman disekolah mereka. Taman ini terlihat lebih asri pada malam hari ternyata.
“Haahhhhh....Sakit!!”
“Salahmu sendiri! Aku sudah mengingatkan tapi kau malah marah-marah”
“Zzzz”
“Biar kulihat kakimu” pria itu beranjak dari tempat duduknya dan berlutut didepan Nathalie. Posisi mereka terlihat seperti seorang pria yang sedang melamar gadisnya.
“its okay...AW” Nathalie berteriak ketika pria itu memutar pergelangan kaki kanannya yang memang sedang sakit. “What the hell you doing?!!” bentak Nathalie kesal.
“Im gonna make it more comfortable”
Apa yang dia katakan? Aku sedang kesakitan dia malah meledekku?!
Nathalie memutar bola matanya dan berkata. “Kau takkan bisa...EH.. kenapa kakiku jadi lebih ringan?!! Hey, ini sudah tidak sakit lagi?!” Nathalie tersenyum lebar sambil memandangi kaki kanannya heran. “Hem..jangan meremehkanku!”
Nathalie menoleh kearahnya dan tersenyum. “Terima kasih” ucapnya.
Hening sejenak. Mereka merasakan malam ini semakin lama semakin dingin. Apalagi Nathalie menggunakan dress dan ia sedang berada diluar gedung sekarang.
“Em..What’s your name?” tanya pria itu penasaran. Sekarang, mereka berdua sadar bahwa mereka berdua belum tau nama mereka satu sama lain.
“Nathalie. And you?”
“Im Davine”
“Oh yeah..”
“Its cold. Wanna back inside?” tanya Davine pada Nathalie. Nathalie menaikan alis dan berpikir. Tadi kan ia ingin pulang? Kenapa tiba-tiba ia jadi betah disini? Apa karena Davine.
“Ya, boleh”
Davine tersenyum and grabs Nathalie’s hand. In that time, Nathalie can feel some butterflies fly on her stomach. Perasaan yang berbeda ketika ia merasakan Davine meraih tangannya.
Davine giggles. Ia merasa lucu saat melihat Nathalie menenteng kedua buah heelsnya. Ia sekarang telanjang kaki! Yeah, heelsnya patah dan tidak bisa digunakan lagi. “Hahaha, bisakah kau meninggalkan sepatu itu disini?”
“Here?”
Davine mengangguk. “Dan kau akan membuatku terlihat seperti Cinderella” Nathalie tertawa kecil. “Hahah. Yeah, Barefoot Cinderella” Davine tersenyum.

Ketika mereka berada didalam. Davine masih menuntunnya untuk berjalan. Walaupun ia tau kaki Nathalie sudah jauh lebih baik, akibat sihir dari tangan mujarabnya.
“Do you wanna dance?” tanya Davine pada Nathalie. Nathalie membelalakan matanya. Ia melihat Davine sedang mengulurkan tangannya padanya, dengan tatapan berharap bahwa gadis itu akan menyambut tangannya. “Kau mau berdansa dengan gadis yang tidak memakai sepatu?”
“Hem? Intinya kau mau tidak?”
“Ofcourse”
Nathalie menyambut uluran tangan Davine dengan senyuman diwajahnya. Davine menarik tubuh Nathalie untuk mendekat padanya. Kedua kaki Nathalie berada diatas kedua kaki Davine. Jadi, Nathalie bisa mengikuti gerakan Davine tanpa khawatir. Kakinya menginjak kaki Davine.
Dalam dansa Nathalie tertawa geli. Entahlah, katakan saja ia gila. Ia merasa sangat mengerikan beberapa jam yang lalu tapi sekarang? Ia merasa seperti seorang Cinderella yang baru saja bertemu dengan pangerannya. Walaupun pangerannya sempat membuat kesal pada awal. Tapi itulah sebuah cerita. Selalu berbeda.
Mereka berdua bisa merasakan seperti didalam pesta itu hanya ada mereka berdua. Tanpa ada seorang pun yang bisa mengganggu mereka.
Musik pun berhenti. Membuat mereka berdua menghentikan tarian mereka. “Waw, you’re great dancer”
Nathalie tertawa. “Ya, dengan menginjak kakimu”
Mereka berdua tertawa dan berhenti ketika mereka mata mereka berdua sama-sama menatap dalam.
“Sepertinya aku harus pulang” ucap Nathalie akhirnya.
“Ya, ini sudah malam”
Nathalie menatap Davine lagi. “Terima kasih”
“Haha, ya sama sama. Ahm, aku hanya ingin bilang. Kalau..”
“Apa?” Nathalie mengernyit.
“Kau...kau cantik, ya, kau cantik”
Nathalie tertawa. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia sangat amat senang ketika pria itu mengatakan ia cantik. “Terima kasih, kau juga tampan dengan setelan tuxedo-mu itu”
Davine tersenyum. “Baiklah, aku pulang dulu. Sampai jumpa Davine” kata Nathalie akhirnya. Ia bisa merasakan gadis itu membalas senyumannya. Senyuman tulus. Dan kemudian gadis itu pergi dari hadapan Davine.

***

Nathalie mengerjapkan matanya ketika gadis itu mendengar suara bell yang terngiang ditelinganya. Saatnya istirahat! Ia langsung mengambil buku-bukunya dan membawanya kearah lokernya. Ia tidak bisa konsentrasi untuk belajar hari ini. Hal yang ada di otaknya hanyalah Davine, Davine dan Davine. Ia harus menemukan orang itu! Mereka satu sekolah kan? Kalau tidak, mana mungkin gadis itu bisa menemukannya di pesta sekolah semalam. Dan Nathalie merasa dirinya seperti habis bermimpi.

Sesampainya ditempat loker. Nathalie bertemu dengan Clara. Temannya. “Kau meninggalkanku semalam!” kesal Clara mencecar Nathalie. “Kau yang meninggalkanku bodoh!”
“Hm, jadi.. bagaimana? Kau menemukan pasangan? Lalu bagaimana? Kalian sudah bertukar nomor telepon? Atau skype? Twitter?”
“Shut up!”
Clara geregetan dan menghentakan kakinya kelantai. “Stop it, stupid!” omel Nathalie. “Bagaimana????? Tell me”
“I dont know. Aku merasa, semalam seperti hanya...mimpi. yeah, mimpi”
“Siapa namanya?” tanya Clara penasaran
“Davine” jawab Nathalie
“His last name?” tanya Clara lagi.
“I dont know. Aku sama sekali tidak bertanya, aku tidak akan tau namanya jika dia tidak bertanya padaku lebih dulu”
“is he handsome?”
Nathalie mengangguk. Ya, karena memang ia akui Davine itu tampan. “Ya, kau memang bodoh, kalau tidak mendapat nomor teleponnya” ucap Clara sebelum ia melangkah menjauhi Nathalie kearah lokernya.
Nathalie membuka loker miliknya dan menaruh buku-buku disana. Ia mengernyitkan dagunya ketika ia melihat sebuah lipatan kertas yang terlihat seperti surat terselip disana. Ini bukan miliknya. Ia membuka lipatan itu dan membacanya.

Last night was great.
Thanks for came to me Barefoot girls.
Bisa kita melakukannya lagi lain kali?
Your Prince Davine :)

Mata Nathalie membulat dan mulutnya terbuka lebar. Ia tak menyangka bahwa Davine memberikannya sebuah surat ini. Dari mana ia tau lokernya?
“You look cute when you’re shock, girl” suara itu membuat Nathalie terkaget. Gadis itu menoleh kearah belakangnya, tepat dimana suara itu berasal.
Jantungnya hampir melorot kekaki. Davine. Yah, pria itu ada tepat dihadapannya.
“What..are you doing here?” tanya Nathalie. Still in shock.
“Menemuimu?”
“Apa? Bagaimana? Dan bagaima..”
“Bagaimana bisa aku menemui loker mu kan? Yeah, itu sangat mudah bagiku untuk menemukanmu”
Nathalie tersenyum. Ia tersenyum senang. Ternyata semalam itu bukanlah mimpi. Ini nyata. Ia bukan seorang Cinderella semalam.
“So, bagaimana?”
Nathalie mengernyit tidak mengerti. “Apanya yang bagaimana?”
“Kita harus melakukan kencan. Yeah, we should”
“Kenapa?”
“Karena kita harus. Jangan membantahku”
“Baiklah, terserah kau saja”
“Let’s go!”
“Now? Aku masih punya beberapa pelajaran lagi”
“Aku juga, tapi aku tidak peduli”
Nathalie meninju pundak Davine main-main. “Come on. Tak ada waktu lagi”
Nathalie menyerah, akhirnya ia memasrahkan diri dan membiarkan dirinya ditarik oleh Davine untuk keluar dari wilayah sekolahnya. Mereka kencan? Who knows.

***


Minggu, 27 Mei 2012

Record Retention Schedule
pengertian Record Retention Schedule menurut FX Soedjadi adalah Suatu kebijaksanaan yang harus dilakukan dalan rangka proses manajemen, yaitu yang berhubungan dengan penggolongan, pemilihar distribusi ataupun disposisi dari record untuk menentukan records yang mana yan perlu tetap disimpan untuk selama-lamanya serta jenis-jenis records yang mana da dalam jangka waktu berapa lama pula perlu dimusnahkan karena sudah tidak diperluka lagi.
Penggolongan records ini dilakukan untuk mengatasi masalah dalam melakukan pemilihan dan menentukan kapan suatu records harus dimusnahkan atau disimpan untuk selamanya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi suatu instansi, keadaan perusahaan, kepentingan records terhadap hasil pengambilan kepu-tusan, biaya yang harus dikeluarkan serta dasar sistem filing yang dipakai maka suatu records bisa ditentukan kapan dan jenis apa yang harus dimusnahkan atau disimpan untuk sementara (temporary storage), dan kapan records tersebut harus disimpan untuk selamanya (permanent storage) . Adapun penggolongan records menurut FX Sudjadi adalah sebagai berikut:
1. Records yang tidak penting (nonessential).
2. Records yang dapat dimanfaatkan (helpful).
3. Records yang penting (important).
4. Records yang sangat pentmg (vital).

1. Records yang tidak penting
Records yang tidak penting di sini dimaksudkan semua surat-surat, catatan-catatan, maupun laporan yang hanya digunakan dalam waktu yang singkat atau bahkan hanya digunakan dalam beberapa menit saja. Oleh karena itu kalau records tersebut disimpan hanya akan membuang tenaga penyimpanan, biaya perawatan, tempat maupun waktu. Sehingga sebaiknya records yang tidak penting ini dimusnahkan kalau kegunaannya sudah dipakai.

Yang biasa termasuk ke dalam records ini antara lain :
1. Nota-nota pembelian barang yang sudah lunas.
2. Slip-slip surat pendaftaran pegawai.
3. Surat-surat undangan dari karyawan atau relasi (misalnya pesta perkawinan, pe-resmian gedung dsb).
4. Pengumuman yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari   (misalnya hari libur, kegiatan amal dsb ).
5. Pesanan-pesanan yang menyangkut kegiatan rutin, dan sebagainya. 

2. Records yang tidak dimanfaatkan
            Maksud records disini adalah records yang masa penggunaannya dalam waktu yang terbatas sehingga perlu dimasukkan ke dalam file yang untuk sementara waktu disimpan untuk kemudian dimusnahkan kalau sudah melewati batas waktu kadaluarsa. Kalau records tersebut setelah dimasukkan kedalam file sudah dimanfaatkan untu mengatasi masalah atau persoalan-persoalan perusahaan maka records tersebut suda dapat dimusnahkan. Sedangkan yang termasuk ke dalam records ini adalah sebagai berikut :
a. Surat-surat undangan rapat.
b. Dokumen-dokumen yang bersifat periodik
c. Surat-surat keterangan ijin dan sakit.
d. Surat-surat dinas ke cabang perusahaan, dan sebagainya.

 3. Records yang penting
Yang termasuk records ini adalah catatan-catatan atau laporan-laporan ataupur dokumen-dokumen yang mempunyai waktu penggunaannya dalam jangka waktu yan^ relatif lama, misalnya dalam jangka waktu 4 atau 5 tahun. Records ini karena mempunyai usia pemakaian yang relatif lama maka records in harus dimasukkan ke dalam file yang telah disesuaikan dengan sistem yang dipakai dai memerlukan pemeriksaan yang terus-menerus atau secara kontinue. Penyimpanan records ini bisa dimasukkan ke dalam almari-almari atau file kabine yang mempunyai usia pemakaian sampai sepuluh tahunan, sehingga keamanan file yanj disimpan terjamin. Apabila records tersebut sudah melewati batas waktunya maka records tersebut bis£ dimusnahkan dengan catatan menunggu pemeriksaan dari pejabat yang berwenang. Yang tergolong ke dalam records yang penting adalah :
a. Dokumen-dokeumen penjualan.
b. Laporan-laporan keuangan.
c. Catatan-catatan pembukuan mengenai penerimaan dan pengeluaran masalah keuangan.
d. Wesel-wesel tagih, dan sebagainya.

4. Records yang sangat penting.
Records inilah yang akan disimpan selama-lamanya samapai bangkrutnya perusahaan atau instansi yang bersangkutan. Karena records ini menyangkut mati-hidupnya peru­sahaan misalnya menyangkut segi yuridis atau historis berdirinya perusahaan atau ins­tansi tersebut. Sebelum records ini disimpan pada tempat penyimpanan yang permanen records-records tersebut harus melewati proses yaitu dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tempat penyimpanan sementara baru kemudian sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan permanen reords yang disimpan ke dalam tempat penyimpanan sementara tersebut sudah melalui pemeriksaan yang berwenang untuk dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan yang permanen.

Adapun yang termasuk records ini sebagai berikut :
a. Surat akte pendirian bangunan dan guna pakai.
b. Surat perjanjian kontrak.
c. Surat-surat asuransi.
d. Surat-surat keputusan.
e. Surat ijin pengoperasian kegiatan perusahaan.
f. Surat-surat hak milik perusahaan, dan sebagainya.

Minggu, 06 Mei 2012

PENGERTIAN FILING SYSTEM
Kearsipan adalah semua kegiatan pengurusan arsip dari kegiatan penciptaan arsip, penyimpanan (filing) dan penemuan kembali (finding), penyelamatan arsip (pengamanan, pemeliharaan, dan perawatan) dan penyusutan arsip (pemindahan,pemusnahan,penyerahan
Filing system adalah suatu rangkaian kerja yang teratur yang dapat dijadikan pedoman untuk penyimpanan arsip sehingga saat diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.
1. TUJUAN FILING SYSTEM
a. MENGHEMAT WAKTU
Dengan menggunakan filing system yang tepat, penyimpanan dan penemuan kembali arsip dapat dilakukan dengan mudah tanpa membuang waktu.
b. MENGHEMAT BIAYA
Dalam kegiatan penyimpanan (filling) dan penemuan kembali (finding) arsip tidak terlalu banyak menimbulkan tenaga sehingga dapat menghemat biaya.
c. MENGHEMAT TEMPAT
Dengan menggunakan filing system yang tepat penyimpanan arsip tidak membutuhkan ruangan yang luas dan peralatan yang banyak, karena arsip yang disimpan hanyalah arsip – arsip yang bernilai guna saja.
2. CIRI-CIRI FILING SISTEM YANG BAIK
 Tidak memakan tempat : letaknya dibuat seefektif dan seefisien mungkin
 Sederhana dan praktis : mudah dilaksanakan dan tidak berbelit-belit
 Mudah dicapai : penyimpanan dapat mudah diambil dan digapai
 Ekonomis : tidak berlebihan dalam pengeluaran biaya,perlengkapan,tenaga,dan cara pengeluarannya
 Cocok dan tepat guna :disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan
 Fleksibel : mudah dikembangkan bila ada perluasan kerja dan mudah dilaksanakan
 Klasifikasi khusus
 Aman : bebas dari kerusakan karena penyimpanan
3. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PENYIMPANAN
 Filing cabinet
Filing cabinet yaitu lemari untuk menyimpan arsip. Macam-macam filing cabinet:
 lateral filing cabinet : yaitu lemari arsip yang berpintu dan mempunyai papan alas untuk menyimpan arsip
 Drawer type filing cabinet : yaitu lemari arsip yang berlaci-laci yang dapat ditarik keluar-masuk
 Guide
Guide adalah sekat petunjuk yang terbuat dari karton atau kertas tebal dengan ukuran tertentu yang memuat kode pada tab-nya, yang berfungsi sebagai pembatas kelompok dan sekaligus sebagai petunjuk folder yang ada dibelakangnya.
 Guide besar berukuran 36x25 cm. guide ini biasanya dipergunakan dalam penyimpanan surat-surat dalam folder folio
 Guide kecil berukuran 16x11 cm. guide ini dipakai untuk menyimpan kartu yang berukuran 15x10 cm, seperti kartu indeks, kartu kendali, lembar pengantar.
 Folder
Folder adalah map berupa lipatan karton atau plastik yang dipergunakan untuk menyimpan warkat, ditempatkan dibelakang guide. Ada empat macam folder, yaitu :
 Brief order, yaitu map besar yang terbuat dari karton tebal didalamnya terdapat penjepit arsip.
 Stofmap, yaitu berkas lipatan berdaun yang terbuat dari kertas tebal atau plastik.
 Snelhecker yaitu map yang terbuat dari kertas tebal atau plastik yang didalamnya terdapat alat penjepit
 Hangging map yaitu map tanpa jepitan yang digantung pada gawang filing cabinet.
 Rak sortir
Rak sortir yaitu rak yang berguna untuk memisah-misahkan surat/warkat yang diterima, diproses dikirimkan atau disimpan ke dalam folder masing-masing.
 Kartu indeks
Kartu indeks, yaitu kartu yang berukuran 15x10 cm yang didalamnya memuat data tentang warkat yang akan disimpan, digunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan penemuan kembali arsip
 Laci kartu indeks
Laci kartu indeks, adalah laci tempat menyimpan kartu indeks sesuai dengan urutan abjad.
4. MACAM-MACAM FILLING SYSTEM
a) Sistem abjad
Sistem abjad adalah sistem penyimpanan atau penataan berkas/arsip berdasarkan abjad, disusun mulai huruf A sampai dengan Z. Dalam penyusunannya, surat-surat disusun berdasarkan huruf pertama dari nama orang atau organisasi, instansi, lembaga, kantor, atau perusahaan yang sudah di indeks
b) Sistem masalah
Sistem masalah adalah sistem penyimpanan atau penataan berkas/arsip berdasarkan pokok permasalahan dalam surat atau dokumen yang berkaitan.
c) Sistem wilayah
Sistem wilayah adalah sistem penyimpanan atau penataan berkas/arsip berdasarkan letak wilayah dengan berpedoman kepada daerah/kota/negara atau alamat surat
d) Sistem tanggal
Sistem tanggal adalah sistem penyimpanan atau penataan berkas/arsip berdasarkan urutan waktui/kronologis dari tanggal, bulan, dan tahun penerimaan/pencatatan surat/dokumen.
e) Sistem nomor
Sistem nomor adalah sistem penyimpanan atau penataan berkas/arsip berdasarkan nomor, yang dibagi menjadi dua macam, yaitu :
 Filing Sistem Nomor Dewey
 Filing Sistem Nomor Terminal Digit
http://arsandyristha.blogspot.com/

Jumat, 27 April 2012

Since, I met you


Cast : Clara and Andrew

Siang ini begitu dingin bagi gadis yang sedang duduk manis didalam sebuah halte. Tak ada yang menarik jika dilihat dari gadis itu. Ia sedang duduk dipinggiran halte untuk sedikit menenangkan hatinya yang sedang sakit bercampur kesal.
“Bodoh!” ucapnya tiba-tiba. Ia hanya berbicara pada dirinya sendiri. Karena memang dihalte tersebut tak ada satupun yang mendengar lirihan gadis itu tadi.
Well, sudah 1 jam lebih Clara – nama gadis itu- duduk dihalte bus tanpa melakukan apapun. Ia hanya duduk terdiam disana sambil menundukan kepalanya kearah sepatunya dan melihat kedua kakinya dengan tatapan hampa. Ia juga tidak tau apa yang sedang ia lakukan sebenarnya. Ia merasa seperti gadis bodoh, ia merasa dirinya benar-benar tidak berguna. Bahkan jika ia boleh berpikir, untuk apa ia dilahirkan jika hidupnya hanya untuk disakiti?
Setitik air jatuh ketangan Clara. Bukan, bukan karena gerimis ataupun hujan. Melainkan Clara lah yang telah menyebabkan air itu jatuh kepunggung tangannya. Air itu berasal dari kedua mata Clara. Ia menangis. Akhirnya Clara bisa meluapkan kesesakan dihatinya dengan menangis. Mungkin inilah yang ia inginkan saat ini. Hanya menangis, menangis dan menangis. Ia tak peduli dengan kata orang-orang disekitarnya yang mengatainya gadis aneh atau gadis cengeng.
Isakan Clara semakin terdengar, tangisan gadis itu semakin menjadi membuat wajah putihnya memerah. Untung saja sebagian wajahnya tertutupi oleh syal yang tersangkut dilehernya. Benda yang telah membuatnya hangat itu ternyata berguna juga disaat seperti ini.
“Kalau begini, aku ingin mati saja rasanya! Huhuhuhu…” katanya diiringi oleh tangisannya.
“Mati saja sana!” sahut orang yang berada disebelah kanan Clara. Clara menolehkan kepalanya untuk melihat wajah orang itu. Siapa pria ini? tanya Clara dalam hati. Ia memandang pria disebelahnya itu dengan pandangan tidak suka. Pria itu terlihat seumuran dengan Clara. Ia cukup tampan tapi sayangnya, Clara masih belum bisa melihat ketampanan pria itu.
“Si..siapa kau?!” tanya Clara ketus. Jujur saja, ia tidak suka ada orang yang sedang mengganggunya disaat-saat begini.
“Aku? Aku orang yang terganggu oleh tangisanmu itu. Hei, kau tidak punya rumah ya? Apa kau tidak punya tempat untuk menangis selain di halte? Kau tau tidak, kalau orang-orang di halte ini terganggu karena tangisanmu” kata pria itu panjang lebar, bukannya menjawab pertanyaan Clara. Pria itu malah memarahi Clara seperti ini. Tingkat kekesalan Clara semakin bertambah karena pria bawel ini.
Clara memandang tajam pria disebelahnya.
“Apa? Kenapa melihatku begitu?” pria itu mulai risih dengan tatapan tajam Clara yang menurutnya menyeramkan.
“Pergi dari sini!!!!” Clara setengah berteriak mengusir pria itu.
“Pergi? Kau menyuruhku pergi? Inikan tempat umum?!!”
“Pergi atau aku akan membunuhmu!!” ancam Clara dengan tatapan pembunuhnya.
“Tidak mau!” pria itu masih saja keukeuh tidak ingin pergi dari hadapan Clara. Baiklah, mungkin ini salah satu cara untuk membuat pria menyebalkan itu pergi dari hadapannya. Clara meraih tasnya sepertinya ia mengambil sesuatu. Namun tatapan pembunuhnya masih tak bisa lepas dari pria itu.
“Bisakah kau berhenti memandangku begitu?” suara pria itu menjadi sedikit lebih pelan. Sepertinya ia juga sudah mulai takut dengan ekspresi Clara yang seperti ingin memangsanya.
“Pergi dari sini atau…”
“Atau apa? Kau pikir aku takut denganmu?”
Mendengar kata itu kemarahan Clara semakin menjadi.
Tiga…
Dua..
Satu..
 Gunting. Gadis itu mengeluarkan sebuah benda tajam dari tasnya dan benda itu adalah gunting! Pria yang sekarang berada dihadapannya memelototkan matanya kaget.
Bagaimana bisa gadis yang tadi cengeng menjadi ganas begini??!! Batin pria itu.
“Wowowowow! Apa yang mau kau lakukan?? Hei! Kau itu gila? Bodoh? Sinting? Atau apasih???”
Pria itu sudah beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mundur ketakutan karena melihat Clara yang menyodorkan gunting tajam itu kearahnya. Gunting itu bisa saja melukai tubuhnya kan?
Clara berjalan semakin mendekati pria itu, tatapan matanya semakin tajam. Ia menggenggam erat gunting ditangan kanannya. Layakanya seorang pembunuh dalam film-film pembunuhan.
“Oke, aku tidak akan mengganggumu. Tapi bisakah kau turunkan benda itu, walaupun itu benda biasa. Tapi bisa memberikan efek luar  biasa” ceplos pria itu pelan pelan. Ia mencoba merayu Clara agar gadis itu merendahkan tingkat emosinya. Untung saja halte sudah sepi, jadi tidak ada yang akan menghubungi polisi untuk menangkap Clara hanya karena alasan konyol seperti itu.
“Hiyaaaaaaa” teriak Clara lalu berlari kearah pria menyebalkan itu. “Waaaa!!!!” Pria itu terkejut melihat Clara sedang berlari kearahnya.

Namun…
Hap! Clara tetaplah seorang gadis remaja biasa, bagaimanapun ia tak akan bisa melawan kekuatan seorang pria.
“Hahaha” pria itu tertawa setelah menangkap tangan kanan Clara yang sedang menggenggam gunting. Iya, ia bisa menghentikan tindakan bodoh gadis itu.
“Kenapa kau itu bodoh sekali sih? Aku yang belum mengenalmu saja bisa tau seberapa bodohnya dirimu” ujar pria itu kemudian menggelengkan kepalanya. Ia masih menggenggam tangan kanan Clara.
Pluk…
Akhirnya gunting itupun terjatuh dari genggaman Clara. Pria yang belum dikenal oleh Clara itupun menghembuskan nafas lega melihat benda itu jatuh kebawah. Ia kembali menatap mata Clara yang kini berubah menjadi tatapan kosong kearah gunting yang sudah jatuh itu. Tatapan Clara mulai sayu, pria itu bisa melihat mata Clara mulai berkaca-kaca. Mungkin sedikit lagi Clara akan menangis.
Pria itu melambaikan tangan kirinya didepan wajah Clara. Berharap gadis itu merespon.
“Hei, kau tidak apa-apa kan?” tanya pria itu. Ia sedikit khawatir. Bagaimana kalau gadis ini sedang kerasukan? Atau sakit? Atau stress?
Clara mengarahkan pandangan matanya kearah pria itu. Sekarang Clara sedikit menyadari bahwa pria menyebalkan dihadapannya ternyata lumayan tampan. Namun, Clara seakan tidak bisa berkata apa-apa. Mulutnya terlalu susah untuk digerakan. Ia kembali menundukan kepalanya melihat sepasang sepatu yang terpasang dikakinya. Mungkin menurutnya lebih baik ia melihat sepatunya daripada melihat wajah tampan pria menyebalkan itu.
“Kau mau menangis ya?”
Clara diam. Ia tidak tau harus jawab apa. Karena memang benar ia ingin menangis lagi. Hanya ia terlalu malu untuk mengungkapkannya. Ia berusaha keras untuk menahan air matanya agar tidak jatuh kepipinya.
Pria menyebalkan itu tersenyum.
“Mau meminjam bahuku untuk bersandar?” tawar pria itu. Clara menatap pria itu sejenak. Kemudian melangkahkan kakinya sedikit untuk lebih dekat dengan pria itu.
Dan akhirnya Clara mengangguk. Mau tidak mau, ia harus menerima tawaran pria itu. Ia tidak bisa menipu dirinya. Ia tidak bisa membohongi dirinya. Ia memang untuk membutuhkan bahu untuk bersandar. Ia butuh seseorang yang berada disisinya untuk melampiaskan emosi, kekesalannya dan kemarahannya. Mungkin saja, memang pria itu sedang diutus untuk menjadi pelampiasan Clara saat ini.
Tanpa pikir panjang, pria itu langsung menarik tubuh Clara kepelukannya. Namun Clara sama sekali tidak menolak atau melawan. Ia benar-benar butuh seseorang untuk membuat hatinya tenang. Tangisan Clara meledak begitu gadis itu menyandarkan bahu disana.
“Jangan terlalu lama, kau membuat baju dan jaketku basah” ucap pria itu ditelinga Clara. Clara diam, namun ia tersenyum kecil. Jika Clara boleh jujur, ia merasa sedikit nyaman setelah pria menyebalkan ini memeluknya dan menyuruhnya menangis habis-habisan. Well, Clara merasa dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Clara melepaskan pelukannya, begitu juga pria itu.
“Sudah jangan menangis lagi” ucap pria itu sambil menoyor kepala Clara dengan bercanda. Ia merogoh kantung celananya dan memberikan sebuah sapu tangan kepada Clara.
“Ini, hapus air matamu. Orang pasti menyangka aku yang membuatmu menangis”
“Iya” jawab Clara singkat sambil menerima pemberian dari pria itu.
“Ohya, siapa namamu?” tanya pria menyebalkan itu pada Clara yang sibuk membersihkan sisa air mata di pipinya.
“Clara” jawab Clara singkat.
“Oh.. Clara, baiklah. Jujur saja, itu nama terjelek yang pernah kudengar” kata si pria menyebalkan itu. Namun pria itu menambah kata “Aku bercanda” setelah melihat tatapan tajam dari Clara.
“Siapa namamu?” kali ini Clara yang bertanya “Andrew”
“Andrew? Namamu keren kok” Clara berkomentar “Iya, aku tau itu” sahut Andrew dengan segudang percaya dirinya. “Tapi itu tidak cocok untuk cowok culun sepertimu”
“What??? Culun? Apanya? Aku ini pria terkeren satu sekolah!”
“Hahaha! Siapa yang bilang begitu? Pria di sekolahku jauh lebih keren darimu tauk!”
“Memang kau sekolah dimana sih??” tanya Andrew sewot setelah mendengar pernyataan Clara. Clara menunjukan sebuah lambang sekolahnya yang terpampang di blazer hitamnya.
“California High School! Tidak sembarang orang bisa masuk ke sekolahku. Kau tau?” sekarang giliran Clara yang berkata dengan kata-kata bangganya.
“Cish.. tidak sembarangan orang apanya?” Andrew mencibir.

Mereka terdiam sejenak. Andrew lah yang pertama kali membuka kata-kata diantara mereka. “Bajuku basah” gerutu Andrew. “Terima saja, kau yang menyuruhku menangis kan?”
“Jadi sekarang kau sudah lega?”
“Hm, sedikit”
“Sudah merasa  lebih baik?”
“Sedikit”
“Sudah lebih lega belum?”
“Sedikit”
“Hei! Kau tidak punya kata lain ya!!”
“Memang itu yang ingin aku jawab!!”
Baiklah, adu mulut diantara mereka kembali terjadi. Tapi walaupun begitu, entah kenapa Andrew merasa berbeda ketika ia bersama gadis cengeng yang ada dihadapannya ini.
“Aish.. yasudah lebih baik ikut aku saja” Andrew menyambar tangan Clara tanpa izin.
“Ehh!! Mau kemana??” tanya Clara kaget ketika Andrew dengan sembarangan menarik tangannya. Ia juga tidak mau sembarangan pergi dengan pria yang baru saja ia kenal.
“Ikut saja”
“Tenang saja, aku tidak akan macam-macam padamu, lagipula aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis yang sama sekali tidak seksi sepertimu”
“What???”
***

Clara memanyunkan bibirnya kesal, ia sedang duduk di ayunan ditengah taman. Ia sangat bosan menunggu Andrew yang menghilang entah kemana sejak lima belas menit yang lalu dan menyuruhnya menunggu dibangku itu.
Clara sedikit terlonjak kaget ketika ia melihat sebuah tangan seseorang terulur dengan sebuah ice cone rasa cokelat. “Ini” Andrew memberikan sebuah ice cream cone cokelat kepada Clara. Jadi ini alasannya untuk menyuruh Clara menunggu.
“Apa ini?” tanya Clara heran pada Andrew yang kini sudah duduk di ayunan disampingnya.
“Itu kan Ice cream, kau itu bodoh sekali sih!”
“Iya! Aku tau ini ice cream. Ini untukku? Untuk dimakan kan?”
“Tidak, kau boleh membuangnya kok”
“Yasudah kalau begitu aku buang saja”
Andrew kembali menoyor kepala Clara untuk yang kedua kalinya dan membuat gadis itu kesal lagi.
“Dasar gadis bodoh!” ejek Andrew kepada Clara.
“Baiklah, lebih baik aku makan ice cream ini daripada mendengar ejekanmu yang tidak penting itu”
“Hahaha” Andrew tertawa kemudian ikut memakan ice cream miliknya, ice cream cone rasa vanilla.

Mereka berdua memakan ice cream dengan lahapnya. Apalagi Clara, ia memakan ice cream cone itu dengan gerakan tidak santai. Seperti anak kecil yang baru saja diberikan ice cream oleh orang tuanya. Andrew yang diam-diam sedang memerhatikan Clara hanya bisa tersenyum. Baru kali ini ia melihat gadis berkepribadian aneh begini. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Clara yang sangat tidak diduga.
Ia masih memerhatikan gadis itu memakan ice creamnya. Manis dan lucu. Tanpa Andrew sadari, ia sudah memperhatikan gadis itu selama lima menit lebih dan hampir membuat ice cream yang ada ditangan kanannya meleleh.
“Ehem” Andrew berdeham. Membuat perhatian Clara buyar dan menoleh kearah pria itu. Andrew terlihat ingin mengatakan sesuatu.
“Kenapa? Ada yang ingin kau katakan?” tanya Clara masih dengan menjilati ice creamnya.
“Eum. Kalau boleh aku tau. Tadi kenapa kau menangis di halte? Apa ada masalah?”  tanya Andrew yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. “Memangnya penting untukmu kalau aku menceritakannya?”
“Hm… bisa jadi”
“Ha? Bisa jadi?”
“Yasudah ceritakan saja!”
Gadis itu tiba-tiba menghentikan kegiatan memakan ice creamnya dan terdiam untuk sesaat. Meyakinkan dirinya. Apakah ia benar-benar harus menceritakan hal itu pada pria ini?
Setelah berkutat beberapa detik dengan pikirannya. Akhirnya Clara menarik nafas kemudian berkata
“Dia mengkhianatiku?” ucap Clara pelan.
“Dia? Dia siapa? Pacarmu?” Andrew mengangkat alisnya, tanda bahwa ia penasaran.
Clara mengangguk. “Kenapa?”
“Dia hanya menjadikanku bahan taruhan. Jika ia memacariku selama satu bulan, dia akan mendapatkan mobil sedan warna hitam. Jahat sekali bukan? Wajar saja kan kalau aku menangis begitu di halte! Semua pria itu sama saja!!!! Memang mereka pikir aku tidak bisa balas dendam. Lihat saja nanti”
“Hm…tapi tidak semua pria itu seperti yang kau bilang” kata Andrew menimpali.
“Ah. Aku tidak percaya lagi~”
Hening sejenak, Andrew mengangkat tubuhnya dari bangku taman dan berdiri dihadapan Clara yang sudah selesai memakan ice creamnya.
Pria itu mengulurkan tangannya kepada Clara dan membuat gadis itu menatapnya heran.
“Apa?”
“Ayo kita jalan-jalan. Dan aku juga akan membuktikan kalau tidak semua pria seperti yang kau bilang barusan”
Clara menyipitkan matanya sejenak menatap Andrew.
“Mau ikut tidak?”
“Setidaknya aku ingin membuat suasana hatimu lebih baik agar bisa melupakan pria itu” lanjut Andrew sedikit kesal.
Clara tersenyum pada Andrew kemudian menyambut uluran tangan pria itu.
“Baiklah aku mau, tapi kau harus menuruti apapun yang aku katakan dan perlakukan aku sebagai puteri raja hari ini. Bagaimana?”
“With my pleasure, princess” ucap Andrew mengikuti gaya seorang pelayan yang akan melayani majikannya. Dan tingkahnya itu, mampu membuat Clara tertawa.
Well, setidaknya Andrew sudah membuat Clara jauh lebih baik. Dan satu hal yang sama sama mereka rasakan. Walaupun mereka berdua baru bertemu beberapa jam yang lalu. Tak ada rasa kaku ataupun rasa risih diantara mereka berdua. Mereka bisa tertawa lepas bersama, Andrew mengerti keadaan Clara dan Clara pun merasa nyaman untuk berada didekatnya.

***
Sudah beberapa jam dan waktu berlalu tapi Andrew dan Clara masih tetap berkeliaran di taman hiburan. Clara yg tadi sedih dan galau kini keadaannya berbanding terbalik setelah ia bertemu dengan Andrew. Pria yang baru ia temui beberapa jam yang lalu telah membuat suasana hatinya membaik. Sangat membaik. Jujur saja, Clara sama sekali tidak pernah merasakan kenyamanan yang begitu dalam saat ia bersama pria. Bahkan bersama kekasihnya atau mantan kekasih ia tidak merasakan hal yang sama ketika ia bisa bersama Andrew.

"Andrew" Clara mengucapkan namanya ketika mereka sedang berjalan disebuah trotoar di taman hiburan.
Mereka telah berkeliling tempat itu ssebanyak tiga kali. Mereka berdua juga menaiki hampir semua wahana disana. Clara hanya tersenyum ketika mengingat itu.
"Iya?" Andrew menoleh kearah Clara yg berjalan disampingnya.
Dan mereka baru sadari, mereka jalan dengan bergandengan. Tangan mereka saling bertautan. Tapi anehnya, Clara sama sekali tidak melarang atau memberontak saat Andrew menggandeng tangannya. Karena ia bisa merasakan, merasakan sesuatu yang ia butuhkan yang sekarang ada pada Andrew. Andrew menularkan sebuah kehangatang pada telapak tangannya kepada Clara. Clara merasa jauh lebih tenang.

"Terima kasih untuk hari ini" ucap Clara menghentikan langkah kakinya.
"Sama sama. Aku kan sudah berjanji padamu untuk membuatmu senang hari ini" balas Andrew. Clara tersenyum sangat manis. Bukan sebuah senyuman tanda terima kasih ataupun senyuman paksaan. Itu adalah senyuman yang tulus yang tergambar pada garis wajahnya. Hal yang bisa Andrew lakukan adalah membalas senyuman Clara dengan senyuman tak kalah manisnya.

Mereka kembali melangkah keluar dari taman hiburan. Setelah sampai dipintu gerbang. Langkah mereka terhenti, Clara dan Andrew saling berhadapan.
"Well, sepertinya kita harus berpisah disini" kata Andrew. Clara menundukan kepalanya sambil mengangguk. Seakan menjelaskan bahwa ia tidak mau untuk berpisah dengan pria ini.
Andrew mengangkat dagu Clara agar ia bisa menatap mata gadis dihadapannya itu. Agar Clara tak menundukan kepalanya lagi.
Andrew menatap mata gadis itu langsung. Tatapan yang mempunyai arti, Clara pun tak bisa melukiskan bagaimana debar jantungnya saat pria tampan dihadapannya menatapnya begitu dalam.
"Nice to meet you, Clara" ucap Andrew kepada Clara. Ucapannya penuh dengan nada penekanan.
"Nice to meet you too, Andrew" balas Clara tersenyum. “Apakah kita akan bertemu lagi?” kali ini Clara bertanya. Sebenarnya ia masih mempunyai rasa gengsi untuk menanyakan ini pada Andrew.
Andrew melengkungkan senyumannya. Senyuman yang membuat hati Clara begitu tenang dan begitu menyejukkan hatinya.
“Kalau kita berjodoh, kita pasti akan bertemu lagi” ujar Andrew meyakinkan. “Jodoh?” Clara menaikkan alisnya. Andrew mengangguk.
“Iya” kata Andrew.
Mereka hening sejenak. Tak ada yang berani memecahkan keheningan itu dari mereka berdua. Mungkin saja, diantara mereka tidak ada yang berani untuk mengatakan selamat tinggal. Karena mereka takut akan berpisah dan tidak akan bertemu lagi. Bukankah barusan Andrew bilang jika mereka jodoh mereka akan bertemu. Tapi bagaimana jika kalian tidak berjodoh dan tak akan bertemu lagi?
“Em, Clara... bisakah kau berjanji sesuatu padaku?” Andrew mulai berkata serius. Clara mengernyit. “What’s that?”
“Dalam keadaan apapun, dalam kondisi apapun. Sebisa mungkin tahan air matamu. Walaupun dunia atau kau sendiri pun tahu rasa didalam hatimu itu sangat menyakitkan. Tapi, cobalah tampung air matamu. Jangan biarkan orang-orang melihatmu sebagai gadis yang lemah. Aku tau kau kuat. Aku tau kau bisa melakukannya. Dan jika kau tidak tahan dan ingin menangis. Menangislah sekencang-kencangnya, tapi jangan sampai orang tahu kalau kau sedang menangis. Mengerti?” pinta Andrew dengan menatap Clara dalam. Mata Clara mulai berkaca-kaca. Ia hanya bisa mengangguk.  
“Baiklah, sepertinya aku harus pergi.... selamat tinggal cewek cengeng” kata Andrew mengucapkan selamat tinggal dengan cibiran di akhir kalimat. Clara tertawa pendek. “Selamat tinggal cowok nyebelin” timpal Clara menjulurkan lidahnya pada Andrew.
Andrew membalikan tubuhnya membelakangi Clara. Didepan pintu gerbang taman hiburan ini mereka berpisah. Andrew yang melangkahkan kaki berjalan menjauhi gadis itu yang masih menatap kepergiannya. Jujur saja, Andrew sungguh sangat berat untuk melangkahkan kaki menjauhi Clara. Ia tidak tau kenapa rasanya ia tidak mau untuk meninggalkan gadis itu sendiri.
“Good bye, my princess” ucap Andrew pelan. Tentu saja, Clara sama sekali tak bisa mendengar. Jarak mereka sudah jauh.
Clara masih setia menatap punggung Andrew yang sudah berjalan semakin menjauhinya. Matanya memerah dan pipinya kembali memanas. Memang beberapa jam saat didalam taman hiburan ia sama sekali tidak merasakan perih yang menusuk didadanya. Tapi saat ini, saat ia melihat punggung Andrew yang berjalan menjauhinya membuatnya kembali teriris. Seakan luka yang sudah menghilang kembali tumbuh lagi. Ia butuh Andrew berada disampingnya. Bukan untuk tadi saja, tapi untuk sekarang, selanjutnya atau mungkin selamanya. Bodoh. Iya, katakan saja Clara bodoh. Bisa dibilang sekarang ia sedang diperbudak oleh perasaannya yang tak menentu. Jauh didasar hatinya, ia membutuhkan sosok seperti Andrew. Jauh didasar hatinya, ia menyukai Andrew. Bukan karena pria itu tampan tapi melainkan Andrew mempunyai sifat perhatian yang sangat dibutuhkan oleh Clara.
Air mata kembali jatuh mengaliri pipinya yang sudah memerah. “Aku kan tidak boleh menangis!” katanya menghapus setitik air matanya.
“Bodoh! Dia itu hanya pria tidak jelas Clara. Don’t be stupid!” rutuknya sambil tertawa perih dan memukul kepalanya dengan kepalanya. Sekarang Clara tersadar bahwa bayangan Andrew sudah pergi. Mungkin saja pria itu sudah naik bus di halte dekat sana.
Clara tersenyum lagi. “Suatu saat kita akan bertemu lagi. Pasti”
***

Matahari pagi menerbitkan sinarnya. Sinar yang dibutuhkan oleh para penduduk dibumi untuk menjalani aktifitas mereka pagi ini. Cuaca yang cerah dan suasanya yang mendukung untuk keluar. Tapi entah mengapa tidak bagi Clara. Setelah kejadian yang terjadi di sekolahnya kemarin. Ia sama sekali tidak ingin ke sekolah. Tempat yang saat ini tidak sedang ingin ia injak adalah sekolah.
Sebenarnya, disamping itu semua pasti ada sesuatu yang membuatnya malas untuk berangkat pagi ini. Yeah, salah satunya adalah ia tidak mau bertemu dengan kekasihnya. Mantan kekasih lebih tepatnya.
Clara merapihkan blazer dan seragam sekolahnya ketika ia sudah tiba didepan gerbang sekolahnya. Ia takut saat ia menginjakkan kaki didalam, banyak gadis-gadis yang bercuap-cuap tidak jelas untuk mengejeknya. Itu sangat tidak diinginkannya.
“Huff~ God bless me” ucapnya
Kakinya melangkah memasuki sekolahnya dengan mencoba mengumpuli segudang percaya dirinya. Clara mencoba mengabaikan bisik-bisik tentang dirinya yang tidak sengaja ia tangkap. Clara hanya menggeleng. “Hiraukan saja”
Ia kembali berjalan santai menuju ruang kelasnya. Tapi suatu hal yang tidak ia inginkan terjadi. Ia melihat sepasang kekasih sedang memadu kasih didepan matanya. Sang gadis merangkulkan tangannya di leher si pria dan pria itu mengelus dagu si gadis. Gila. Ini masih pagi! Rutuk Clara dalam hati.
“Hallo honey~”  seorang pria berbadan tinggi tegap menghampirinya setelah melepaskan rangkulan gadisnya. Benar. Pria ini adalah Leo, mantan kekasih Clara yang telah membuat gadis itu menangis di halte kemarin. Clara menatap pria itu sinis.
“Siapa yang kau panggil honey?” tanya Clara sambil bertelak pinggang. Ia mencoba menjadi gadis berani didepan Leo. Tidak seperti biasanya yang hanya bisa mematuhi kata-kata Leo.
“Ofcourse it’s you. Do you miss me huh?” Leo semakin mendekatkan tubuhnya kearah Clara. Ia memulai untuk meraih rambut curly milik Clara. “No, I don’t!!” jawab Clara ketus. Karena memang itu yang ada di otak Clara, ia sama sekali tidak merindukan Leo. Ia justru sudah sangat dengan pria ini. Pria paling populer di sekolahnya. Tapi ternyata dia tak lebih dari seorang playboy murahan.
“Baiklah aku tau kau marah padaku. Tapi bisakah kita-”
“No touching!” potong Clara saat Leo mulai meraih dagunya. Well, ia tidak ingin disentuh oleh setan playboy ini.
“Hey, what’s wrong with you?? Aku ini kekasihmu dan aku boleh melakukan apapun selama kau milikku”
“Oh please Leo~! Can you stop your word from your fucking mouth!!!! We’re broken up!” bentak Clara kasar. Mendengar itu Leo mulai murka. Ia mulai geram dengan kata-kata Clara. Kali ini Leo yang tersenyum sinis. Mata Clara membalas tatapan sinis dari Leo. Kalau ia boleh jujur, ia sangat ketakutan saat ini. For god sakes, ia butuh seseorang untuk menolongnya sekarang. Dan jika ia boleh meminta, ia ingin ada Andrew berada disampingnya untuk melindunginya. Tapi itu sangat tidak mungkin.
Leo kembali berusaha meraih tangan Clara namun Clara lagi-lagi berkata. “No touching! I said it all the time Leo. Don’t you understand huh?!!”
“Clara McKellens. That’s your name rite? Kuperintahkan kau untuk kembali padaku!” kata Leo dengan nada memerintah.
“Hah.. you think who you are?! I won’t, sorry!” kata Clara yang melangkahkan kaki beranjak dari tempat itu. Tingkat bad mood Clara langsung menaik drastis.
Untuk kesekian kalinya, Clara memaki Leo. Leo kembali kesal. Apa yang akan ia lakukan kali ini?
“Hey missy!!” panggil Leo pada Clara.
Beberapa detik setelah Leo memanggil Clara, terlihat sebuah mobil jaguar berwarna hitam berhenti dihadapan mereka.
Oh~ mobil yang sangat amat keren! Belum pernah ada yang mengendarai mobil sejenis ini ke sekolah mereka. Tentu saja, itu membuat seisi sekolah menitikkan perhatiannya pada mobil itu termasuk Clara. Untuk melihat siapa yang mengendarai mobil itu. Apakah ia murid sekolah ini juga?
Clara mengernyit heran.
Clara hampir lupa bagaimana caranya bernapas selama beberapa detik setelah ia melihat seorang pria yang keluar dari jaguar hitam itu.
“Andrew?” Clara membelalakan matanya. Andrew tersenyum pada gadis itu lalu menghampirinya.
“Hallo.. lama tak bertemu denganmu” kata Andrew riang, ia lalu merangkulkan tangannya dibahu Clara.
“Clara, who’s he?” tanya Leo yang berada didepan mereka. Andrew mengerjapkan matanya lalu menatap Leo dari kaki hingga kepala.
“Ah~! You must be....Clara’s ex-boyfriend, rite?”
“What?”
“Yes, Clara told me about you yesterday. She said that she was broke up with you” 
Clara hanya bisa terdiam, tapi jauh didalam hatinya ia senang. Kenapa Andrew bisa ada disini sekarang?
Clara, Andrew dan Leo sekarang sedang menjadi pusat perhatian dari mereka seluruh penghuni sekolah. Para gadis-gadis sekarang sedang iri dari Clara. Ia menjadi pusat perhatian dan dikelilingi oleh dua pria keren di sekolah ini! Oh.. how lucky she is!
“Ah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu Leo. Bisakah kau jangan prnah mengganggu gadisku lagi.. now, she’s mine” ucap Andrew santai. Sikap santainya yang sangat Clara suka sekarang ia keluarkan lagi. Clara tersenyum saat mendengar Andrew mengatakan bahwa Clara miliknya.
“Aku ingin mengelilingi sekolah ini. Kau mau mengantarku?” tanya Andrew pada Clara. Jarak wajah mereka hanya terpaut beberapa centi saja.
“Um, ya” Clara mengangguk. Kemudian Andrew menarik tangan gadis itu menjauh dari halaman sekolahnya, menjauh dari mata-mata orang yang sedang memerhatikannya.
Clara membawa mereka kesebuah ruangan sepi di sekolah mereka. Tak banyak orang yang lalu lalang disekitar sana.
“Jadi, ini kau?” tanya Clara tak percaya. Andrew mengangguk. “Iya, memang kau pikir siapa?”
“Darimana kau tau aku bisa disini dan bagaimana bisa kau...menjadi siswa di sekolah ini?”
“Hahahaha. Kau tidak boleh meremehkanku!” Andrew tertawa puas. Clara hanya mencibirkan bibirnya.
“Aku senang kau disini” kata Clara jujur. “Ya, aku juga senang bisa bersamamu”
“Well, disini kau tetap anak baru. Perlakukan aku dengan baik okay?”
“Okay.. sebelum itu kita berkenalan dulu. Hello, My name is Andrew Cosfild” kata Andrew sambil mengulurkan tangan kanannya. “Hello my name is Clara McKellens”
Setelah itu mereka tertawa terbahak-bahak.
“Um, you said to Leo that i’m yours...........” tanya Clara ragu-ragu, ia bingung bagaimana harus berkata. Ia takut ia terlalu berharap. Ia tidak mau kalau ternyata Andrew hanya bersandiwara tadi.
“Yes, you’re mine”
“What?”
“You are mine Clara McKellens”
“Since when?”
“Since, i met you” ucap Andrew kemudian menarik Clara kedalam pelukannya. “and there’s nothing to do, I Love You” kata Clara membalas kata-kata Andrew. Andrew tersenyum dengan masih memeluk gadis itu.
“I Love You More”
***